Rabu, 06 Januari 2010

Bangunan Daerah Gurun Pasir

Arsitektur Lumpur

Arsitektur lumpur? Ya! Tapi jangan tergesa-gesa meremehkan arsitektur ini, sekalipun bahannya dari lumpur. Benar-benar karya monumental perpaduan antara sains dan seni yang sangat memukau. Dan teknologi ini masih tetap bertahan sejak ratusan tahun lalu sampai hari ini.
Bila kebetulan Anda ke Afghanistan, siapa tahu Anda beruntung dapat melihat bangunan yang mungkin paling surrealis dan indah yang pernah Anda lihat. Di sana, di daerah sekitar tanah yang tandus, menjulang bangunan-bangunan yang disebut ziarat, serupa Masjid. Ukurannya besar, dibuat dari lumpur.
Gurun-gurun maha luas yang merentang dari India sampai Afrika Barat penuh dengan bangunan-bangunan yang menawan seperti ini. Seperti nenek-moyang mereka beribu-ribu tahun yang lampau, penghuni gurun-gurun ini tinggal dalam rumah-rumah yang sangat efisien yang dibuat dari lumpur. Lumpur merupakan salah satu jenis bahan yang paling murah, yang persediaannya berlimpah-limpah.
Penghuni gurun sudah lama tahu, lumpur bahan yang paling ideal bagi mereka. Lumpur menyerap panas di siang hari, dan pada malam hari melepaskannya perlahan-lahan. Dengan sedikit kreativitas, lumpur juga dapat dibuat menjadi kolom-kolom penyangga, diukur menjadi relief-relief yang indah, dan dibentuk menjadi dinding raksasa dan menara-menara tinggi. Di India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Niger, Mali, Mauritania, Senegel dan Marocco, di bawah teriknya matahari gurun, Anda akan banyak menemukannya.
Penangkap Angin
Di Pakistan misalnya, Anda dapat melihat “penangkap-penangkap angin” dari lumpur yang menjulang ke angkasa-angkasa seperti teropong kapal selam. Alat-alat ini dipasang di atas atap-atap rumah untuk menangkap angin dan mengarahkannya ke ruangan rumah di bawah untuk mendinginkannya.
Di Iran, ada menara-menara merpati dari lumpur yang tinggi dan lebarnya mencapai 9 meter. Inilah tempat beribu-ribu burung merpati disimpan. Untuk apa? Tinjanya diperlukan sebagai pupuk untuk kebun buah-buahan di daerah sekitar. Menara-menara ini ada yang sedemikian rupa dibentuk sehingga bila terlalu penuh terisi merpati, menara ini dapat dipecahkan sebagaimana layaknya kita memecahkan celengan Semar yang terbat dari tanah liat.
Ada pula masjid-masjid lumpur yang tingginya lebih dari 30 meter dan dimahkotai dengan telur burung-burung unta. Dinding-dindingnya berupa lumpur yang dihiasi dengan ukiran-ukiran indah yang sangat halus dan rumit. Begitupun, jalan-jalan beratap yang gunanya melindungi orang dari sengatan Matahari dan angin.
Di Oualata, Mauritania, dinding-dinding rumah dihiasi dengan lukisan-lukisan lumpur berwarna putih. Kadang-kadang bentuknya menyerupai manusia, tapi lebih sering melingkar-lingkar tiada putus yang seakan-akan memancarkan energi. Dan hampir setiap pintu, jendela, dan tangga di desa ini diberi cat putih.
Asal-usul desain-desain ini tak ada yang tahu. Tapi ia telah menghiasi dinding-dinding di Oualata berabad-abad lamanya. Beberapa ahli berpendapat, mungkin pedagang-pedagang Irak dan Maroko yang memperkenalkan motif-motif ini ratusan tahun yang lalu. Tapi dari mana pun asal-usul desain ini, dari tahun ke tahun para wanita di desa ini selalu memperbaikinya kembali sehabis setiap musim hujan. Biasa, lukisan lumpurnya rontok!
Bola Lampu Tuhan
Rumah-rumah lumpur di Maadid, selatan Maroko, hampir semuanya serupa. Rumah-rumah ini dibangun rapat berdampingan dan bertolak belakang satu sama lainnya sebagai pelindung dari terik Matahari dan angin keras. Atap-atap rumah ini menjembatani gang-gang sempit di sekitarnya, sehingga membentuk semacam terowongan yang gelap, dingin, dengan penerangan dari lubang-lubang cahaya. Mereka menyebutnya “Bola Lampu Tuhan”. Walaupun rumah-rumah ini dibangun di atas tanah, Maadid nyaris mirip perumahan gua. Tetapi gaya bangunan seperti inilah yang hampir sempurna melindungi penghuninya dari keadaan cuaca yang sangat keras.
Di dalam rumah ini, di tingkat bawah, terdapat ruang tamu kecil, ruang duduk dan sebuah gudang. Tangga yang melingkar ke atas melewati kamar mandi/WC. Sementara di tingkat atas terdapat dua kamar berhadapan yang dibatasi dua teras tertutup. Desain yang sederhana ini luar biasa. Di tingkat bawah tak ada jendela sehingga menjamin “kebebasan “ penghuni dan mencegah masuknya terik sinar Matahari. Jendela loteng kecil di atas ruang duduk mengeluarkan udara panas dan menarik masuk angin sejuk dari pintu yang menghadapat ke jalan. WC yang bersih berventilasi baik mempunyai saluran berisi jerami yang dengan mudah dapat dibersihkan dari jalanan di luar.
Melihat rumah yang menawan dan efisien seperti ini mungkin kita akan bertanya-tanya: kenapa struktur-struktur beton dan baja orang Barat dianggap lebih unggul dari bangunan lumpur di gurun ini? Lumpur membuat bangunan-bangunan yang “ramah”, hangat, lembut, manusiawi dan selaras sempurna dengan lingkungannya.
masjid di maliRumah-rumah di Maadid dan bangunan lumpur lainnya bukanlah hanya suatu keanehan, sisa dari suatu kebudayaan, atau seni yang mulai menghilang. Tetapi bagi berjuta-juta manusia di seluruh dunia, lumpur mungkin merupakan pemecahan yang paling ideal untuk mengatasi langkanya sumber daya dan cuaca yang keras. Ia adalah bahan bangunan yang sangat berguna untuk saat ini dan di masa depan, seperti yang telah dibuktikan selama ratusan tahun. Masjid besar di Djenne, Mali, adalah bukti betapa lumpur yang sehari-hari kita abaikan itu dapat dibuat menjadi bangunan raksasa yang sangat monumental dan indah memukau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar