Rabu, 06 Januari 2010

PEMBANGUNAN MENARA EIFFEL

PEMBANGUNAN MENARA EIFFEL
-

-
Pembangunan—– : Tahun 28 Januari 1887 – 30 Maret
————————–1889 (2 tahun, 2 bulan, 5 hari).
Yang membangun-: Gustave Alexandre Eiffel.
Arsitek—————: Charles Leon Stephen Sauvestre.
Biaya —————–: 7.400.000 Frances.
Bahan bangunan- - : Menara terbuat dari besi tempa.
—————————Pondasi terbuat dari beton bertulang.
Tinggi—————–: 300,65 m (tanpa antena), 324 m
—————————(dengan antena).
Panggung 1——— : Tinggi 57,63 m, luas permukaan
————————— dasar 4.200 m2.
Panggung 2- ——- : Tinggi 115,73 m, luas permukaan
—————————-dasar 1.400 m2.
Panggung 3 ———: Tinggi 276,13 m, luas permukaan
—————————-dasar 350 m2.
Berat————— – : 7.000 ton.
Lift (elevator) ——-: Pada tahun 1889 dilengkapi dengan
—————————-elevator (lift).
Jumlah tangga—— : 1710 langkah (step).
Lokasi—————– : Paris, Perancis.
-










-
Menara Eiffel tahun 1945
-
-

-

Menara Eiffel tahun 2.000 an
-


-
-

Syarat-syarat struktur Bangunan gedung Beton bertulang lantai banyak

Suatu gedung yang berdiri tegak pasti memiliki sistim struktur tertentu, entah itu sistim rangka (Frame), Sistim corewall/shearwall, atau sistim ganda yang merupakan gabungan dari sistim rangka dan core/shear wall. Sistim-sistim tersebut tentunya dibuat dengan tujuan mampu memikul beban-beban yang akan diterima bangunan, baik itu beban mati, beban hidup atau beban lateral (angin dan gempa). Nah untuk menentukan apakah sistim tersebut aman-yang berarti gedung tersebut juga aman- diperlukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu Kekakuan, Kekuatan, dan kestabilan sistim. apa saja syarat-syaratnya? Akan saya bahas pada postingan kali ini.

Syarat pertama adalah kekakuan. Suatu struktur harus memiliki kekakuan yang cukup sehingga pergerakkannya dapat dibatasi. Kekakuan struktur dapat diukur dari besarnya simpangan antar lantai (drift) bangunan, semakin kecil simpangan struktur maka bangunan tersebut akan semakin kaku (Smith dan Coull, 1991). Ada perbedaan antara displacement dan drift, displacement adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai sedangkan drift adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai di bawahnya. Kekakuan bahan itu sendiri dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan dan ukuran elemen tersebut. Dan modulus elastisitas berbanding lurus dengan kekuatan bahan, maka semakin kuat bahan maka bahan tersebut juga semakin kaku. Namun bahan yang terlalu kaku bisa menjadi getas (patah seketika). Bagaimana cara menghitung drift? Saya rasa setiap universitas pasti mengajarkan hal ini dan banyak buku yang membahas hal ini seperti Alan Williams, ph.d.,S.E.,C.Eng. dalam bukunya yang berjudul Structural Analysis,in theory and practise memberi contoh bagaimana cara menghitung displacement suatu rangka kaku sederhana (rigid frames). SNI 1726 pasal 8.1.2 mensyaratkan simpangan antar tingkat yang terjadi tidak boleh melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan namun atau 30 mm, bergantung mana yang lebih kecil, untuk memenuhi kinerja batas layan struktur gedung (Δs). SNI 1726 menetapkan ini untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non struktural dan ketidaknyamanan penghuni. Selain kinerja batas layan, SNI 1726 juga menetapkan kinerja batas ultimit (Δm) pada pasal 8.2.1, dimana simpangan antar tingkat tidak boleh melampuai 0,02 kali tinggi lantai yang bersangkutan dan Δm = (zeta) x R x Δs. Hal ini diperlukan untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang akan membawa korban jiwa manusia (Purwono et al, 77).


Syarat yang kedua adalah kekuatan. Syarat kekuatan ini mencakup seluruh elemen struktur, baik pelat, kolom, balok, dan shearwall. Cara mengeceknya pun sesuai dengan perilaku elemen-elemen tersebut. Misalnya kolom, cari terlebih dahulu diagram interaksi dan tentukan dimana titik Pu,Mu maksimum pada diagram interaksi tersebut, jika titik tersebut berada di luar dan di bawah keadaan balance, maka terjadi kegagalan tarik. Jika berada di luar sebelah atas keadaan balance maka terjadi kegagalan tekan. Sedangkan pada balok dan pelat, di cek dengan mengukur kemampuan balok dengan ukuran dan tulangan terpasang kemudian bandingkan dengan momen yang terjadi. Bila momen kapasitas balok di atas momen yang terjadi di lapangan, baik itu tekan maupun tarik, maka balok dan pelat tersebut aman. Sedangkan pada shearwall, ada beberapa pakar yang mengasumsikan shearwall sebagai kolom pendek karena itu pengecekannya pun sama dengan kolom, yaitu dengan mencari diagram interaksi tersebut.

Pemeriksaan Kekuatan Kolom

Pemeriksaan Kekuatan Balok


Syarat yang ketiga adalah kestabilan. Konsep pemeriksaan kestabilan ini dikemukakan oleh Mac Gregor dalam bukunya yang berjudul Reinforced Concrete, Mecjanics and Design pada tahun 1997. Dalam bukunya tersebut beliau mengemukakan konsep kestabilan struktur seperti sebuah bola yang berada pada suatu tempat dengan keadaan tertentu.
Pada gambar pertama di atas, keadaan a menunjukkan keadaan yang stabil, yang berarti bahwa walaupun bola dapat bergerak namun tetap dapat kembali pada keadaan semula. Sedangkan keadaan b menunjukkan keadaan yang kurang stabil karena ketika bola tersebut bergerak ,belum tentu bola tersebut akan kembali pada keadaan semula, sedangkan keadaan c menunjukkan keadaan yang tidak stabil, dimana bila sedikit saja bola terkena gaya dan bergerak maka bola tersebut akan langsung jatuh. Konsep ini dapat diterapkan pada kolom atau shearwall yang merupakan struktur utama penopang gedung. Kolom atau shearwall tersebut dapat mengalami tekuk atau buckling, keadaannya pun berbeda-beda, namun jika kolom atau shearwall tersebut dapat kembali pada keadaan semula maka kolom atau shearwall tersebut dapat dikatakan stabil. Lalu bagaimana suatu kolom atau shearwall dapat kembali pada keadaan semula setelah mengalami tekuk? Hal ini juga telah di jabarkan oleh MacGregor dalam buku yang sama, bahwa kolom beton bertulang mempunyai daya untuk menahan gaya (tekan) yang menyebabkan tekuk, berbeda dengan kekuatan, karena gaya yang menyebabkan tekuk bergantung pada panjang kolom bukan hanya ukuran kolom. Sehingga faktor yang mempengaruhi daya kestabilan itu adalah EI (modulus elastisitas dan momen inersia) dan h (panjang kolom), dan rumusnya adalah:
Jika Pu maksimum yang terjadi pada kolom kuran dari Pc kolom tersebut maka dapat dikatakan bahwa kolom tersebut stabil dan sebaliknya jika Pu maksimum melebihi Pc kolom tersebut maka kolom tersebut dapat dikatakan kurang stabil.


Bangunan di daerah kutub


Rumah Iglo Eskimo: Kuat dan Tak Mudah Meleleh


Iglo adalah tempat berlindung bangsa Eskimo dari cuaca buruk serta gangguan binatang buas. Bila dilihat, bentuk iglo memang tak seperti rumah pada umumnya. Rumah itu berbentuk seperti kubah besar dengan sebuah lorong sempit sebagai pintu masuknya. Meski bentuk rumah ini terlihat sederhana, strukturnya sangat kuat.
Bangsa Eskimo membangun iglo pada musim dingin. Mereka memakai bongkahan es yang dibentuk kotak-kotak seperti batu bata. Untuk menyusun bongkahan es menjadi iglo, bangsa Eskimo membuat lubang terlebih dahulu. Bentuk lubang melingkar dan berfungsi sebagai fondasi atau dasar bangunan. Setelah itu, bongkahan es berbentuk kotak itu diletakkan di dalamnya serta disusun searah jarum jam hingga membentuk kubah besar. Kabarnya, bila iglo dibangun dengan benar, bagian atapnya bisa menopang tubuh satu orang dewasa, lho. Itu membuktikan betapa kuatnya struktur bangunan ini.
Nah, meski terbuat dari bongkahan es, suhu di dalam iglo cukup hangat. Suhu di dalam rumah tak terpengaruh suhu di luar rumah. Jika diukur, suhu di dalam iglo bekisar antara minus 7 hingga 16 derajat celsius. Sedangkan, suhu di luar rumah terutama ketika musim dingin bisa mencapai minus 45 derajat celsius. Karena itu, bangsa eskimo merasa nyaman tinggal di dalam iglo. Biasanya, untuk menambah kehangatan, lapisan dalam iglo sering dilapisi dengan kulit binatang. Kulit tersebut bisa menghangatkan ruangan hingga 2—20 derajat.
Jenis
Berdasarkan besar dan kegunaannya, iglo dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1.Iglo berukuran kecil Iglo ini dibangun untuk tempat berlindung sementara. Biasanya, iglo ini dibuat oleh para pemburu ketika melakukan pekerjaannya di padang es yang luas.
2.Iglo berukuran sedang Iglo ini dibangun untuk tempat tinggal semipermanen bangsa eskimo. Di dalamnya hanya terdapat satu ruangan yang bisa dihuni 2 keluarga sekaligus. Iglo berukuran sedang pada umumnya dibuat oleh suku Inuit. Di suatu daerah bila terdapat beberapa iglo berukuran sedang di suatu daerah, ada kemungkinan itu adalah desa suku Inuit.
3.Iglo berukuran besar Pada umumnya, iglo berukuran besar mempunyai 5 ruangan yang dapat menampung lebih dari 20 orang. Iglo tipe besar bisa juga merupakan gabungan beberapa iglo berukuran kecil yang masing-masing dihubungkan dengan terowongan. Iglo semacam ini biasanya hanya memiliki satu pintu sebagai pintu utama. Bagi suku bangsa eskimo, iglo berukuran besar dipakai untuk tempat berkumpul atau tempat pesta tradisional.

Bangunan Daerah Gurun Pasir

Arsitektur Lumpur

Arsitektur lumpur? Ya! Tapi jangan tergesa-gesa meremehkan arsitektur ini, sekalipun bahannya dari lumpur. Benar-benar karya monumental perpaduan antara sains dan seni yang sangat memukau. Dan teknologi ini masih tetap bertahan sejak ratusan tahun lalu sampai hari ini.
Bila kebetulan Anda ke Afghanistan, siapa tahu Anda beruntung dapat melihat bangunan yang mungkin paling surrealis dan indah yang pernah Anda lihat. Di sana, di daerah sekitar tanah yang tandus, menjulang bangunan-bangunan yang disebut ziarat, serupa Masjid. Ukurannya besar, dibuat dari lumpur.
Gurun-gurun maha luas yang merentang dari India sampai Afrika Barat penuh dengan bangunan-bangunan yang menawan seperti ini. Seperti nenek-moyang mereka beribu-ribu tahun yang lampau, penghuni gurun-gurun ini tinggal dalam rumah-rumah yang sangat efisien yang dibuat dari lumpur. Lumpur merupakan salah satu jenis bahan yang paling murah, yang persediaannya berlimpah-limpah.
Penghuni gurun sudah lama tahu, lumpur bahan yang paling ideal bagi mereka. Lumpur menyerap panas di siang hari, dan pada malam hari melepaskannya perlahan-lahan. Dengan sedikit kreativitas, lumpur juga dapat dibuat menjadi kolom-kolom penyangga, diukur menjadi relief-relief yang indah, dan dibentuk menjadi dinding raksasa dan menara-menara tinggi. Di India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Niger, Mali, Mauritania, Senegel dan Marocco, di bawah teriknya matahari gurun, Anda akan banyak menemukannya.
Penangkap Angin
Di Pakistan misalnya, Anda dapat melihat “penangkap-penangkap angin” dari lumpur yang menjulang ke angkasa-angkasa seperti teropong kapal selam. Alat-alat ini dipasang di atas atap-atap rumah untuk menangkap angin dan mengarahkannya ke ruangan rumah di bawah untuk mendinginkannya.
Di Iran, ada menara-menara merpati dari lumpur yang tinggi dan lebarnya mencapai 9 meter. Inilah tempat beribu-ribu burung merpati disimpan. Untuk apa? Tinjanya diperlukan sebagai pupuk untuk kebun buah-buahan di daerah sekitar. Menara-menara ini ada yang sedemikian rupa dibentuk sehingga bila terlalu penuh terisi merpati, menara ini dapat dipecahkan sebagaimana layaknya kita memecahkan celengan Semar yang terbat dari tanah liat.
Ada pula masjid-masjid lumpur yang tingginya lebih dari 30 meter dan dimahkotai dengan telur burung-burung unta. Dinding-dindingnya berupa lumpur yang dihiasi dengan ukiran-ukiran indah yang sangat halus dan rumit. Begitupun, jalan-jalan beratap yang gunanya melindungi orang dari sengatan Matahari dan angin.
Di Oualata, Mauritania, dinding-dinding rumah dihiasi dengan lukisan-lukisan lumpur berwarna putih. Kadang-kadang bentuknya menyerupai manusia, tapi lebih sering melingkar-lingkar tiada putus yang seakan-akan memancarkan energi. Dan hampir setiap pintu, jendela, dan tangga di desa ini diberi cat putih.
Asal-usul desain-desain ini tak ada yang tahu. Tapi ia telah menghiasi dinding-dinding di Oualata berabad-abad lamanya. Beberapa ahli berpendapat, mungkin pedagang-pedagang Irak dan Maroko yang memperkenalkan motif-motif ini ratusan tahun yang lalu. Tapi dari mana pun asal-usul desain ini, dari tahun ke tahun para wanita di desa ini selalu memperbaikinya kembali sehabis setiap musim hujan. Biasa, lukisan lumpurnya rontok!
Bola Lampu Tuhan
Rumah-rumah lumpur di Maadid, selatan Maroko, hampir semuanya serupa. Rumah-rumah ini dibangun rapat berdampingan dan bertolak belakang satu sama lainnya sebagai pelindung dari terik Matahari dan angin keras. Atap-atap rumah ini menjembatani gang-gang sempit di sekitarnya, sehingga membentuk semacam terowongan yang gelap, dingin, dengan penerangan dari lubang-lubang cahaya. Mereka menyebutnya “Bola Lampu Tuhan”. Walaupun rumah-rumah ini dibangun di atas tanah, Maadid nyaris mirip perumahan gua. Tetapi gaya bangunan seperti inilah yang hampir sempurna melindungi penghuninya dari keadaan cuaca yang sangat keras.
Di dalam rumah ini, di tingkat bawah, terdapat ruang tamu kecil, ruang duduk dan sebuah gudang. Tangga yang melingkar ke atas melewati kamar mandi/WC. Sementara di tingkat atas terdapat dua kamar berhadapan yang dibatasi dua teras tertutup. Desain yang sederhana ini luar biasa. Di tingkat bawah tak ada jendela sehingga menjamin “kebebasan “ penghuni dan mencegah masuknya terik sinar Matahari. Jendela loteng kecil di atas ruang duduk mengeluarkan udara panas dan menarik masuk angin sejuk dari pintu yang menghadapat ke jalan. WC yang bersih berventilasi baik mempunyai saluran berisi jerami yang dengan mudah dapat dibersihkan dari jalanan di luar.
Melihat rumah yang menawan dan efisien seperti ini mungkin kita akan bertanya-tanya: kenapa struktur-struktur beton dan baja orang Barat dianggap lebih unggul dari bangunan lumpur di gurun ini? Lumpur membuat bangunan-bangunan yang “ramah”, hangat, lembut, manusiawi dan selaras sempurna dengan lingkungannya.
masjid di maliRumah-rumah di Maadid dan bangunan lumpur lainnya bukanlah hanya suatu keanehan, sisa dari suatu kebudayaan, atau seni yang mulai menghilang. Tetapi bagi berjuta-juta manusia di seluruh dunia, lumpur mungkin merupakan pemecahan yang paling ideal untuk mengatasi langkanya sumber daya dan cuaca yang keras. Ia adalah bahan bangunan yang sangat berguna untuk saat ini dan di masa depan, seperti yang telah dibuktikan selama ratusan tahun. Masjid besar di Djenne, Mali, adalah bukti betapa lumpur yang sehari-hari kita abaikan itu dapat dibuat menjadi bangunan raksasa yang sangat monumental dan indah memukau.

Bangunan Iklim Tropis

Arsitektur Beriklim BIO


Beberapa arsitek dunia percaya bahwa bangunan yang responsif terhadap iklim adalah bangunan yang berhasil. Hal ini terdapat di rumah tinggal Riadi Rizal Basjrah yang benar-benar dinikmati oleh anggota keluarganya.

Julukan arsitektur beriklim bio telah populer pada tahun 50'an dan mengingatkan kita pada proyek-proyek dari Frank Lloyd Wright. Biasanya arsitektur yang menganut prinsip demikian ditandai pemakaian banyak materi kayu, teras-teras atau balkon yang memberikan bayangan pada bangunan. Di samping itu bangunan ini banyak memiliki unsur penyejuk melalui pengudaraan alami.

Riadi Rizal Basjrah seorang insinyur pertanian alumni IPB, termasuk orang yang kreatif dan memiliki minat yang besar terhadap dunia arsitektur. Kecintaannya terhadap keindahan bangunan serta aspek-aspek fungsional yang mengikutinya, diimplementasikannya pada bangunan rumahnya. Hal ini dipelajarinya secara otodidak.

Pada akhirnya, ia mencapai apa yang selama ini diidam-idamkannya yaitu mampu mengembangkan ide dan mewujudkan desainnya secara konseptual. Hasilnya adalah sebuah hunian yang secara khusus mendapat perhatian maksimal dalam proses pembangunannya.

Program ruang-ruang, fungsi setiap ruang dan pemakaian bahan bangunan yang tepat mampu beradaptasi terhadap iklim tropis. Karya ini merupakan representasi karya arsitektur yang berarsitektur dan beriklim bio di negara tropis seperti Indonesia ini.

Konsep bangunan rumah ini bisa digolongkan cukup baik secara ekologis dan harmonis terhadap lingkungannya sehingga mampu mengurangi biaya konsumsi energi yang sekaligus memberi keuntungan pada pemiliknya.

Sejumlah uji coba dilakukan oleh Riadi Rizal Basjrah dan tim perancang dengan mengkaji potensi bangunan, iklim dan lingkungan tempat bangunan ini berada, serta pengolahan bahan dari alam untuk ditingkatkan kegunaannya. Hal tersebut terlihat pada teknik inovatif pembentuk setiap unsur pendukung bangunan seperti daun pintu yang dilapisi oleh kayu kelapa anyaman dekoratif.

Ukuran daun pintu lebih besar dari ukuran standar yang dimaksudkan untuk keleluasaan bagi penghuni bangunan. Hal lain yang menarik dari rumah ini adalah komposisi letak ruang yang tampil manis dan harmoni sesuai dengan karakter pemiliknya.

Oleh Riadi, sedapat mungkin semua ruangan digunakan secara efektif, mulai dari ruangan duduk tamu, ruangan keluarga, kamar-kamar tidur, ruangan musik, ruangan bermain anak, teras, ruangan makan, dapur bersih, dapur kotor, halaman rumah, ruang bawah tangga bahkan garasi.

Dengan demikian kita melihat ukuran ruangan tamu cukup mungil dan efisien dengan diisi hanya dengan satu sofa dan satu meja kopi. Ruangan tamu ini memiliki "wewenang" ruang karena berada pada level yang lebih rendah dari ruangan lain di dalam rumah. Pemisahan ruang ini dengan ruang lainnya menggunakan undakan 5 anak tangga yang menuju ruangan duduk keluarga.

Ruangan duduk merupakan yang paling lapang karena keinginan Riadi untuk memberikan tempat yang cukup untuk menampung seluruh keluarga besar bila berkumpul. Sisi kiri ruangan memiliki bukaan berupa pintu-pintu dan jendela yang mengarah ke halaman belakang. Bukaan tersebut saling menyilang dengan bukaan yang dikondiskan pada ruangan musik di depan ruangan duduk keluarga.

Pada awalnya, ruangan musik ini merupakan teras yang menghubungkan balkon di depan rumah dan halaman belakang. Dengan alasan tertentu teras ini diubah menjadi ruangan musik semiterbuka yang sangat nyaman. Satu bagian bidang dindingnya dilapisi kaca cermin, sehingga refleksinya tampak ke seluruh ruangan utama di dalam rumah yang memberi efek lebih lega pada ruangan.

Antara ruangan musik dan ruangan duduk keluarga dipisahkan oleh dinding pembatas solid ditengah ruang. Dinding ini sekaligus dipakai sebagai latar belakang televisi. Kedua sisi yang tidak dibatasi dinding, dipasang partisi berupa pintu sorong yang dilapisi bilah-bilah kayu yang dikombinasikan dengan kaca cermin. Maka, ketika pintu sorong ini ditarik keluar, terciptalah dinding partisi yang cantik dan bergaya.

Ruangan makan yang terletak di samping ruangan duduk keluarga juga tidak luput dari perhatian tim perancang. Ruangan ini menyatu dengan ruangan keluarga dan terhubung pula dengan ruangan duduk tamu dengan undakan. Ketika ada acara berkumpul bersama, pemilik rumah dapat menyediakan ruangan yang memadai.

Disamping itu ruangan-ruangan lain di dalam rumah tampil harmonis satu sama lain serta fungsional. Memang Riadi ingin agar setiap penghuni dapat memakai ruang-ruang yang sudah diciptakan tersebut. Setiap jalur antarruang dibuat sirkulasi sehingga hampir semua ruang terhubung langsung sesuai dengan irama aktivitas penghuni sehari-hari.

Inilah yang disebut rumah beriklim bio, yang dibangun Riadi sebuah rumah tinggal yang sehat, nyaman, aman dan indah untuk keluarganya.

Keterangan Gambar:

Gb.1 Desain bangunan yang cukup kental unsur tropisnya. Pengaturan rumah tanpa pagar, mampu memperlihatkan ciri-ciri ketimuran seperti bentuk atap, gubahan dinding, bukaan dan level bangunan yang ditinggikan, semuanya merupakan sistem beradaptasi terhadap iklim.

Gb.2 Tangga menuju pintu masuk utama. Teras pintu masuk hanya berbentuk persegi dinaungi kanopi.

Gb.3 Ruangan makan yang terlihat dari halaman belakang. Teknik penempatan cahaya buatan dan furnitur pelengkapnya terlihat serasi.

Gb.4 Bekas teras yang dijadikan ruangan musik. Sistem ventilasi silang ini sangat menguntungkan untuk memberikan keleluasaan udara bergerak keluar masuk.

Gb.5 Detail bukaan ke arah halaman belakang.

Gb.6 Ruangan duduk di lantai atas yang dilengkapi kursi lengan dan meja sisi bergaya etnik dan antik.

Gb.7 Hubungan ruangan makan dengan ruangan lain seperti ruangan duduk tamu yang berada lebih rendah.

Gb.8 Dinding-dinding pembatas panel kayu tampil berupa pintu geser/sorong atau balok-balok vertikal pada tangga.

Gb.9 Bagian dari konstruksi tangga, kombinasi bahan kayu dan besi tempa.

Gb.10 Bidang dinding di ruangan duduk difungsikan untuk lemari penyimpan yang dilapis anyaman kayu kelapa.

Gb.11 Undakan dari ruangan duduk tamu menuju ruangan duduk keluarga.

Gb.12 Ruangan duduk keluarga yang menampakkan dinding pembatas. Kedua sisinya dibuat pintu geser berupa panel bilah-bilah kayu vertikal yang membuka ke arah ruangan musik.

Gb.13 Bukaan ke halaman belakang bangunan dari sisi ruangan makan.

Gb.14 Ruangan tamu yang mungil dibatasi oleh dinding yang berbatasan dengan ruangan makan dan jalur servis.

Senin, 04 Januari 2010

Tumpang Sari atau Konstruksi Berunjung dan uleng pada Konstruksi Atap Rumah JOGLO

Bagian konstruksi inti dan ciri khas rangka atap pada bangunan rumah tradisional Joglo adalah terletak pada susunan struktur rangka atap “brunjung” (bentuk piramida terbalik, yaitu makin ke atas makin melebar dan terletak di atas ke-empat tiang “soko guru” disusun bertingkat sampai dengan posisi “dudur dan iga-iga”) dan susunan rangka “uleng” (susunan rangka atap berbentuk piramida yang disusun diatas ke-empat tiang “soko guru” ke arah bagian dalam). Kedua struktur ini kita kenal dengan nama “Tumpang sari bagian dalam dan bagian luar. Kedua struktur rangka ini merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh bangunan tradisional bentuk Joglo. Jumlah susunan dan jenis ornament yang dibuat ialah berdasarkan dari keinginan sang pemilik rumah. Hal tersebut mempunyai arti dan makna tertentu yang berhubungan dengan kehidupan manusia di bumi ini. Pemasangan keseluruhan balok kayu rangka ini dengan menggunakan sistim “cathokan” atau saling berkaitan dengan sistim tarik, sehingga fungsinya mengikat konstruksi secara rigid. Sistim pengunci pada bagian rangka brunjung atau “tumpang” bagian atas adalah dengan sistim “sundhuk” dengan “emprit gantil”. Posisi pengunci terletak pada tumpang terakhiryang juga merupakan tempat menopang “dudur” dan “iga-iga” untuk menopang konstruksi rangka usuk dan reng atap. “Emprit Ganthil ini terdang dibentuk polosan atau diukir dengan bentuk ornament jenis “nanasan”.
Pada bagian “uleng terdapat “Dada Peksi” atau “Dada Manuk”, yaitu balok melintang yang terletak di tengah “pemindangan”. Dada Peksi ini biasanya diberi ukiran yang indah untuk memberikan kesan indah dan mempunyai makna-makna tertentu berdasarkan kepercayaan orang jawa. Struktur atap ini terkadang menggunakan “ander” pada posisi tengah diatas “dada peksi” untuk membantu menopang konstruksi “molo”, tetapi jika pada bagian tengah uleng sudah menggunakan penutup berupa “empyak”, maka konstruksi atap ini tidak lagi menggunakan “ander”. Kestabilan dan nyawa konstruksi bangunan joglo ini terletak pada keseluruhan konstruksi atapnya, sebab jika dilihat dari susunannya dapat terlihat dengan jelas bahwa teori beban konstruksi dengan mengikuti sifat gravitasi bumiyang diratakan dengan beban berat pada bagian konstruksi atap akan mengakibatkan konstruksi keseluruhan rumah menjadi stabil dan rigid.
Gambar dibawah ini merupakan bangunan rumah joglo lama yang di fungsikan sebagai rumah makan di kota gede (omah dhuwur).